Rabu, 09 November 2011

Cerita Sex Gay

Di Hotel

Saat sedang mandi pintu tidak saya tutup karena saya pikir cuma sendirian. Sedang asyik mandi saya kaget Room Boy yang bernama Dadang masuk kedalam kamar tanpa saya tahu, rupanya dia sedang bersih-bersih tapi dari cermin yang saling berhadapan saya tahu dia memperhatikan saya terus. Saya teruskan mandi saya dengan shower. Tiba dia di depan pintu kamar mandi dia memperhatikan saya kembali, saya cuek saja sambil keramas rambut, lama dia bolak-balik di depan pintu.

Setelah rambut saya bilas dengan bersih, saya ambil sabun untuk badan. Tiba-tiba Room Boy itu bertanya pada saya: "Mau di mandikan mas?". Saya kaget juga mendengarnya tapi hati saya merasa senang karena tawarannya. Saya balik bertanya: "Kamu serius?" dan dia jawab: "Ya!" Dia lalu membuka semua pakaian kerjanya cuma celana dalam yang dia pakai sekarang.


Celana dalam g-string dengan ikatan tali dibagian belakan bokongnya. Tampak dari depan sedikit jelas bentuk kontolnya dengan bulu-bulu halus yang menyembul keluar dari balik celana dalamnya. Sementara saya masih dibawah shower dia mengambil sabun cair lalu mendekat kearah saya dan berkata: "Bagian badan belakang dulu mas..." Sambil berbalik membelakangi dia mulai melumuri badan belakang saya dengan sabun. Disuruhnya kedua tangan saya untuk diangkat lalu diusapkannya sabun yang ada ditelapak tangannya ke ketiak saya yang lebat dengan bulu. Kiri dan kanan tangannya saya rasakan usapannya halus sekali membuat kontol saya mulai naik...setelah itu giliran kaki saya. Direntangkannya kedua kaki saya lalu diusapkan tangannya dengan sabun mulai dari ujung kaki, betis dan paha demikian pula dengan kakiku bagian kanan. Selesai itu sekarang dia mulai menyabuni bagian bokong saya. Diusapnya dahulu dengan sabun lalu digosok-gosokannya tangannya ke kedua belahan bokong saya. Jari dan telapak tangannya terasa meremas-remas. Jari-jari tangannya sesekali menyentuh lubang bokongku lalu turun kebagian bawah selangkanganku, dipijit-pijitnya batang selangkanganku yang kurasakan sangan nikmat dan yang membuat aku senang dia menarik-narik kedua biji pelerku dengan tangannya yang penuh sabun, rasanya nikmat sekali.

Kini kubiarkan kontolku ngaceng dengan tegaknya! Dia berdiri dan belok ke arah badan depanku. Dia melihat kontolku yang sedang tegak menantang, dia kembali menyabuni kedua kakiku dari bawah sampai ke selangkanganku. Dia bertanya pada saya: "Mas kontol besar sekali mau saya sabuni juga?" itulah kata-kata yang ingin kudengar dari dia...akhirnya terjadi juga. "Ya sekalian..." jawabku. Dia jongkok tepat dengan mukanya di depan kontolku, dia mulai menyabuni batang kontolku dan pelernya...bertambah liar rasanya...batang kontolku disabunimya dengan sesekali dikocoknya. Saat aku menikmati itu dia berkata lagi:"Mas, kontolnya saya kocok ya?". Aku tidak menjawab tapi kusandarkan badanku ke dinding sambil merentangkan kedua kakiku. Kusorongkan pinggangku kemukanya dan benar pasti dia ingin mengulum kontol saya...


Kubiarkan hal itu sambil aku menikmatinya. beberapa saat kuhentikan. Kutarik dia dan kupeluk rapat-rapat. Kupelorotkan celana dalamnya hingga kontol kami saling bergesekan. kucium bibirnya lama lalu kubisikan ketelingannya:"Aku perlu lubang bokongmu..." dia kembali membalas ciumanku dibawah shower, nikmat sekali kurasakan saat itu. Lalu dia berbalik badan sehingga bokongnya menekan kontolku. Perlahan kumasukan jariku ke lubangnya lalu kontolku melesak kedalam dengan perasaan yang sungguh nikmat. Tanganku memegang batang kontolnya dan kukocok. desahan nafasnya dan lenguhannya membuatku terangsang makin hebat. Dan tak lama kupercepat gerakan kontolku keluar-masuk lubangnya dan sambil berteriak aku lepaskan spermaku ke dalam bokongnya sementara kontolnya yang kukocok menyemprotkan air maninya kemana-mana...


Puas sekali rasanya, akhirnya kami mandi kembali bersama-sama. Dibawah shower aku menciumi dia dengan gerakan yang terkandang lebut dan kasar...dia menyukainya. Room Boy, Dadangku, terima kasih! Aku rindu ingin berjumpa denganmu...











Bertemu Bule
Hari-hari di rumah saat liburan kuliah terasa amat membosankan. Di mana saat kuliah saya disibukkan oleh banyak hal sekarang tak ada hal yang dapat kulakukan. Saya cuma tidur, makan, tidur dan makan lagi.
Merasa amat suntuk, maka aku memutuskan untuk berlibur ke pantai Pangandaran selama 2 minggu supaya ngga stress di rumah melulu. Jadi besoknya langsung saja aku pergi ke sana dengan mobil pribadi.

Sebenarnya aku paling ngga suka kalau pergi sendirian, karena tak ada orang yang bisa kuajak bicara. Tapi tak tahu kenapa saat itu aku ngga mau mengajak teman-temanku untuk ikut pergi, bahkan keluargaku pun tidak.

Perjalanan dari Jakarta ke Pangandaran cukup lama, kurang lebih 11 jam atau bisa lebih kalau macet. Pokoknya perjalanan ke sana membuat saya sangat kelelahan.

Akhirnya sampai juga si Pangandaran. Aku langsung check in di sebuah hotel . Karena lelahnya, maka ketika bertemu kasur aku langsung tertidur pulas dan baru bangun siang hari keesokan harinya. Hari itu saya bermain di pantai, berjalan di sepanjang pantai dan bermain air laut. Lucu memang saya melakukannya sendiri tanpa teman. Ketika sedang asik-asiknya bermain pasir, tiba-tiba ada seorang bule menghampiri saya. Dia bertanya sebelumnya apakah saya dapat berbicara dengan bahasa inggris atau tidak. Saya mengangguk dan dia tersenyum. Dia kemudian bertanya apakah saya turis dari Jepang? Saya tertawa, karena saya disangka olehnya sebagai turis Jepang. Saya langsung menerangkan padanya bahwa saya itu turis juga tapi tidak dari Jepang. Dia kemudian bertanya lagi apakah saya mau menemaninya berwisata di Pangandaran karena dia tidak bisa berbahasa Indonesia dan akan lebih baik

bila ada teman yang dapat berbahasa Indonesia. Saya langsung setuju, apalagi dia itu orangnya amat tampan, tinggi dan gagah. Rambutnya coklat dan kulitnya putih. Tipe-tipenya seperti orang-orang yang ada di film Baywatch. Wahhh keren deh. Lumayanlah bisa menemaninya karena dapat sesering mungkin menikmati keindahannya. Oya, kami berkenalan . Namanya Joseph dari Michigan, Amerika Serikat. Umurnya 22 tahun dan masih kuliah juga. Setelah beberapa hari jalan bersama, kami menemukan banyak kesamaan antara kami, seperti suka lagu-lagu U2, bowling, suka renang, dan maih banyak lagi.

Dalam 4 hari saja, kami sudah sangat dekat seperti saudara. Begitu dekatnya hingga kami pun berbagi kamar hotel supaya lebih irit. Dia sering bercerita mengenai kehidupannya di Amerika, bagaimana keluarganya dan teman-temannya juga tentang pergaulan di sana. Kami saling berbagi pengalaman. Sampai suatu hari Joey, nama panggilan Joseph menceritakan kehidupan seksualnya. Dia bercerita kalau dia itu seorang biseksual. Dia sering melakukan hubungan dengan sesama pria di sana. Ketika mendengarnya, aku bagaikan di surga ke tujuh saja. Saya langsung mengaku kalau saya juga seorang biseks. Ketika mendengarnya, dia langsung tersenyum dan dengan gembira dia mencium bibirku dengan sanga bernafsu dan sambil berkata kalau dia jatuh cinta padaku.

Dia membuka bajunya dan bajuku, kemudian celanaku hingga aku dan dia hanya mengenakan celana dalam saja. Dia mencium seluruh bagian tubuhku, mulai dari atas terus sampai bawah. Ahhhh, nikmatnya.

Ketika sampai di tititku, dia mulai bermain. Dia menghisap tititku dalam-dalam dengan sangat kuat. Tititku sampai tidak kelihatan lagi karena dihisap semua ke dalam mulutnya. Rasanya sangat nikmat membuat gairahku meningkat.
Ketika tiba saatnya


aku ejakulasi, aku menyuruhnya berhenti menghisap karena aku ingin malam ini menjadi malam yang panjang untuk dinikmati. Aku beralih ke tubuhnya. Kubuka celana dalamnya dan kulihat titit yang amat besar dan tidak disunat dengan bulu jembut coklat yang sangat lebat. Uhhhh, sangat besar sekali tititnya, bila diukur kurang lebih sekitar 25cm. Kuhisap titinya kuat-kuat dan dia berteriak kenikmatan. Belum pernah aku menghisap titit sebesar ini. Kami melakukan gaya 69 . Ahhhh, belum pernah tititku dihisap sekeras ini, baru sebentar saja dihisap sudah harus dihentikan karena aku sudah mau ejakulasi lagi, padahal biasanya paling sebentar aku ejakulasi sekitar 10 menit. Hisapannya memang maut.

Tak lama kemudian dia berkata bahwa dia ingin menyodomi aku. Aku agak takut karena tititnya sangatlah besar, pasti akan terasa sangat sakit. Tapi dia bilang tak udah kuatir akan kubuat tidak sakit. Lalu dia menciumi lubang pantatku dan lidahnya mulai mencoba menembus lubang itu. Setelah beberapa lama lidahnya menjelajah lubang pantatku, jari tangannya mulai memasuki pantatku. Pertama hanya satu jari kemudian menjadi dua dan akhirnya menjadi tiga jari, tapi aku tak merasa sakit karena itu semua dilakukannya dengan bertahap. Akhirnya lubang pantatku dimasuki oleh tititnya. Ohhh, sangat pas sekali. Agak sakit sedikit tapi rasanya sangat hangat sekali. Dia memasukannya pelan-pelan lalu mulai agak cepat menyodomiku. Dan akhirnya aku mulai ...
...kenikmatan dengan tusukan-tusukan itu. OOOhh ahhhh aohhhhhh Nikmat sekali rasanya. Tak sampai 10 menit dia pun ejakulasi di lubang pantatku. Lubang pantatku menjadi sangat basah karena spermanya sangat banyak. Begitu banyaknya hingga spermanya ada yang mengalir keluar. Kuminum spermanya yang keluar itu. Dan dia pun menjilati lubang pantatku dan meminum jugaspermanya sendiri.

Lalu dia kembali menghisap tititku, kuminta dia untuk menghisap sangat keras, begitu kerasnya sehingga tak sampai 2 menit aku ejakulasi di dalam mulutnya. Spermaku diminum semuanya.

Lelah sekali permainan malam itu, karena kami melakukannya sampai 4 ronde. Di kamar, Di kamar mandi , Di pantai dan di mobilku.

Sekarang Joey sudah pulang kembali ke negaranya, namun kami tetap tidak kehilangan kontak. Seminggu sekali dia meneloponku begitu pun aku. Dan yang lebih asyik lagi, bulan depan aku akan berlibur ke tempatnya.


















Gairah Pramugara

Aku sudah berkemas sejak pukul 6 sore, sebab pesawat yang akan membawaku ke Jakarta dari Bali akan berangkat pada pukul 9 malam nanti. Aku lalu mandi dan setelah itu menutup koperku, aku kunci pintu kamar kost-ku, dan juga berpamitan kepada ibu kost. "Sudah mau berangkat, Tom ?", tanya bu kost padaku.

"Udah, bu", jawabku pendek.

"Nanti setiba di Jakarta, titip salam saya pada ibu kamu ya Tom", pinta bu kost padaku.

"Yuk.. bu saya pergi dulu", ujar saya mohon pamit pada ibu kost. Setelah menyetop taksi, aku pun langsung pergi menuju ke bandara, setibanya di bandara, kebetulan aku berpapasan dengan mobil yang mengantar pramugara dan pramugari pesawat yang akan aku tumpangi, aku sempat melihat seorang pramugara yang sungguh tampan, wajahnya halus dan body-nya kekar dibalut dengan kemeja panjang yang dikenakannya, sungguh membuat jantungku berdebar.

Setelah mendapatkan boarding pass, aku lalu berjalan - jalan di sekitar ruang tunggu, sambil melihat - lihat toko souvenir yang berjejer, dan aku lalu melihat pramugara yang tadi sempat membuat jantungku berdebar, dia tampaknya sedang sibuk memeriksa agenda-nya, langsung saja aku hampiri pramugara itu. "Wah... sibuk ya mas ?", tanyaku membuka percakapan.

"Anda siapa ya ?", tanya si pramugara cuek.

"Saya Tommy, perkenalkan", ujar saya sambil menjulurkan tangan saya.

"Oh.. saya Anton", jawab si pramugara sambil berjabat tangan dengan saya.

"Anda nanti bertugas di pesawat SA701 ?", tanya saya pada Anton.

"Iya.. kamu mau naik penerbangan itu juga ?", Anton balas bertanya. Akhirnya kami pun terlibat percakapan seru dari masalah pekerjaan, hobby, dsb yang semakin memperat hubungan kami.

Ketika sudah berada di dalam pesawat, Anton menanyakan nomer kursi yang tertera di boarding pass-ku, lalu aku pun memberitahukan nomer kursiku.

"Sebaiknya kamu duduk di belakang saja ya.. lebih sepi, jadi kita bisa ngobrol - ngobrol lagi", ajak Anton, dan tentu saja aku tidak menolak kesempatan emas untuk lebih dekat dengan Anton. Anton pun lalu memilihkan sebuah kursi di dekat pintu yang berhadapan dengan kursi awak kabin. Ketika pesawat akan tinggal landas, Anton duduk di kursi yang ada di depanku, sehingga kami saling berhadap - hadapan. Aku lalu melirik ke arah Anton, matanya sangat tajam memandang ke arahku, sehingga membuatku kaget dan aku pun bertanya - tanya dalam hati, apakah Anton seorang gay juga seperti aku ?.

Namun aku yakin pastilah Anton seorang gay dari cara memandangnya. Kami terdiam, tempat duduk di paling belakang sangat sepi hanya ada kami berdua. Aku sungguh bernafsu melihat body dan wajah Anton, dia sungguh tampan, aroma parfum-nya sungguh maskulin, karena tidak tahan, kakiku aku angkat dan kutaruh di atas daerah tempat kontolnya bersarang, kuelus - elus kakiku diatas daerah tersebut, dan Anton juga tidak protes ataupun terkejut ketika aku berbuat demikian, bahkan tampaknya dia sangat menikmati servis yang aku berikan, aku dapat merasakan kontol Anton, dan menurutku kontol Anton cukup besar, walaupun masih dalam keadaan setengah ngaceng. Akhirnya lampu sabuk pengaman pun dimatikan, dan kakiku langsung aku angkat dari daerah XXX Anton.

"Tom, tunggu aku selesai tugas ya ?", bisik Anton di telingaku, aku pun jadi heran apa yang direncanakan Anton terhadapku. Setelah aku menikmati hidangan, Anton kembali muncul.
"Tom, ikut gue yuk ?", pinta Anton "Kemana Ton ?", tanyaku heran "Udah.. pokoknya ikut aja !", ajak

Anton seraya meraih tanganku. Aku pun tidak bisa menolak, dan ternyata Anton mengajakku ke WC pesawat, aku sangat terkejut demikian cepatkah aku harus melayani kuda jantan ini, tanyaku dalam hati dengan hati riang gembira. Setelah kami berdua berada di dalam WC pesawat yg sempit itu, Anton pun segera menguncinya. Karena nafsuku yang sudah tidak tertahankan, aku pun mulai men-servis Anton, aku cium bibir Anton, kujilat - jilat bibirnya dan dia pun membalas ciuman ke bibirku, aku lalu mulai melepas kancing kemejanya dan lalu perlahan - lahan kuangkat kaos dalamnya, Anton sudah setengah telanjang sekarang. Aku lalu membuka baju dan celanaku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja.

"Cepat Tom, lepas celana gue", ujar Anton tidak sabaran. Cepat - cepat kubuka celana Anton sehingga yang tampak sekarang hanya kancut segitiga-nya yang di bagian kepala kemaluan-nya agak basah, mungkin karena precum. Aku sudah tidak sabar lagi aku pelorotkan kancut itu, sehingga kontol Anton yang sudah ingin bebas itu loncat ke atas dan berdenyut - denyut pula. Aku pun mulai beraksi aku jilat dan hisap kontol Anton, dan dia tampak mengerang kegelian. "aahhh... enak Tom.. hisaapp..ahh", perintah Anton, dan langsung aku hisap kontol Anton aku mainkan lidahku di kepala kontol-nya, yang membuat Anton menjadi mengerang kenikmatan, aku isap - isap buah pelernya, ...
...kukulum - kulum batang kontol-nya, akhirnya Anton pun mulai menunjukkan tanda - tanda akan keluar pejuh-nya, urat - urat kontolnya mengeras, aku langsung menghentikan adegan oral sex ini, pelan - pelan aku lalu melepas kancutku, dan duduk di urinoir, lalu kupengang kontol Anton dan kuarahkan masuk ke lobang pantatku.. ahhh... sungguh nikmat rasanya, dan agak sakit juga, karena bool-ku udah lama nggak dientot, Anton sudah mulai mengerang kenikmatan lagi, matanya ia pejamkan, aku lalu mengisap puting susunya, aku jilat leher dan wajahnya yang tampan, lengannya kunaikkan, aku senang juga melihat bulu ketiaknya sangat lebat lalu aku kulum dan jilat ketiak itu, Anton mulai menaik - turunkan pantatnya cepat sekali aku tau dia akan ejakulasi, rasanya sungguh nikmat ketika Anton mengentot bool-ku, untuk menahan rasa sakit aku tarik-tarik tissue

WC, sehingga tissue itu bertebaran, aku juga turut mengocok kontolku, akhirnya ..crot..crot...

Anton yang pertama kali menyemprotkan pejuhnya di pantatku sambil berteriak kepuasan yang mendalam, sungguh banyak sekali dan rasanya pejuh Anton mencapai usus dalamku, akhirnya aku pun turut ejakulasi, Anton menjadi lemas, wajahnya berkeringat dan penuh kepuasan, begitu pun aku yang sudah turut lemas, akhirnya kami memakai pakaian kami, dan aku lalu memberikan

alamatku di Jakarta dan di Bali kepada Anton, dan dia tampaknya sungguh senang sekali, akhirnya kami sering melakukan hubungan 'gase' (gay sex) bersama Anton.

Pemijat Dadakan

Aku adalah seorang pemuda berusia 16 tahun. Walau masih lumayan muda aku mempunyai tubuh yang cukup bagus karena sering latihan di gymnasium. Aku memang menyukai olahraga. Namaku Anton, walaupun banyak cewek di sekolah yang suka atau naksir kepadaku, entah kenapa aku tidak merasa tertarik kepada satupun diantara mereka. Aku menganggap mereka semua sebagai teman.

Di lingkungan sekolah aku tidak mempunyai teman yang sangat akrab, aku lebih sering bergaul dengan tetangga sebelah rumahku yang kebetulan merupakan tempat kost dan salah seorang yang paling akrab bergaul denganku adalah Syarif, seorang mahasiswa yang mempunyai banyak kesamaan denganku. Syarif berusia 23 tahun. Dia pula yang mengajakku rutin berlatih di klub fitness atau renang.

Pada suatu sore, Syarif menawariku untuk main ke tempat kerjanya. Setahuku memang beberapa minggu terakhir ini Syarif agak sibuk dan mempunyai jadwal kerja walaupun bukan berstatus pegawai tetap. Yang jelas dia sering pulang agak larut dan jarang bisa ngobrol denganku seperti biasa.

Aku menerima tawarannya dan berangkat bersama. Sekitar 20 menit aku berboncengan motor dengannya dan sampailah kami di sebuah rumah di sebuah kampung. Syarif lalu memarkir motor dan mengajakku masuk ke rumah tersebut.

Di dalam terdapat sebuah meja seperti meja penerima tamu dan beberapa kursi berjajar. Ada beberapa orang pemuda yang sebaya Syarif dan rata rata berbadan kekar sedang mengobrol. Mereka menyapa Syarif dan Syarif lalu mengenalkanku kepada mereka. Rata-rata mereka ramah sehingga aku merasa lumayan betah disana.

Syarif lalu memintaku duduk menunggu di ruang tamu tersebut dan beberapa temannya mengajakku mengobrol ringan. Syarif sendiri lalu masuk ke ruang dalam. Tak lama kemudian ada seorang bapak bapak masuk dan menyapa salah seorang pemuda yang sedang duduk. Lalu setelah bercakap cakap sebentar mereka keluar.

Selang beberapa menit Syarif keluar dengan seorang lelaki yang usianya kira kira 30 tahunan.

"Ton, kenalkan.. ini mas Amir.. boss gue", kata Syarif

Aku lalu berjabat tangan dengan mas Amir yang tubuhnya juga boleh dibilang bagus.

Kami lalu mengobrol ringan dan dalam waktu 20 menit, para pemuda yang tadi di ruang tamu telah kedatangan tamu dan ada yang langsung pergi, ada pula yang naik ke lantai atas.

"Mas.. kerjanya apa sih, dari tadi kok banyak sekali tamu yang keluar masuk ?" tanyaku penasaran.

"Ah.. kerja gue sih ringan aja.. cuman nemenin tamu ngobrol terus.."

Belum sempat Syarif menyelesaikan kalimatnya pintu terbuka dan muncul seorang lelaki. Syarif lalu menyapa dan menyilahkan masuk. Setelah berbincang bincang beberapa saat.

"Ton, gue tinggal dulu ya.. gue harus temenin tamu nih.. elo tunggu aja disini bentar"

Tanpa memberi kesempatan padaku untuk bertanya, Syarif sudah keluar dengan lelaki yang disebut tamunya itu.

Aku mulai heran dan bertanya tanya apa sebenarnya pekerjaan Syarif. Tapi karena aku hanya sendirian, akhirnya aku mengambil majalah yang terletak di meja. Majalah itu ternyata adalah majalah fitness yang memuat banyak sekali gambar gambar pria yang memamerkan keindahan tubuhnya. Harus kuakui sebenarnya aku agak bingung dengan diriku karena aku lebih suka melihat pria yang bertelanjang dada. Kelihatan gagah dan perkasa.

Sedang asyik asyiknya aku melihat lihat majalah tersebut, tiba tiba pintu kembali terbuka. Muncullah seorang lelaki bertubuh kekar memakai kaos ketat sehingga keindahan tubuhnya dieksploitasi. Aku mengangguk dan mencoba menyilahkan dia duduk. Kulitnya agak hitam terbakar matahari dan rambutnya dipotong cepak sekali. Dia lalu duduk di sebelahku.

"Sendirian saja dik ?" tanyanya ramah.


"E.. iya.. lagi pergi semua.." jawabku.

Diam diam aku memperhatikan tubuh lelaki itu yang benar benar kelihatan gagah dan jantan. Kaos hijau ketat yang dipakainya semakin melihatkan otot otot tubuh yang dimilikinya. Puting susunya kelihatan menonjol. Tiba tiba dia mengulurkan tangan dan mengajakku berkenalan.

"Kenalkan, nama gue Jamal", katanya.

"Anton", kataku menyambut uluran tangannya.

"Bisa kita pergi sekarang Ton ?"

"Eh.. ini.. sebentar.." aku gugup sekali karena tidak menyangka aku dikira sebagai pegawai disana.

"Kenapa ? harus jaga kandang ? pamit aja sama Amir." katanya memberi saran.


Aku teringat bahwa mas Amir masih ada di dalam. Aku lalu pamit sebentar dan masuk ke

dalam untuk mencari mas Amir. Kudapati mas Amir baru selesai mandi. Aku lalu menyapanya dan memberitahu bahwa ada tamu di luar. Mas Amir lalu keluar. Rupanya mereka telah kenal.

"Buset elo Mir.. dapet darimana barang bagus begitu ?" sempat kudengar Jamal bertanya seperti itu kepada mas Amir.

"Ah.. ...
...elo Mal.. sebenarnya...." mas Amir lalu berbisik bisik kepada Jamal.

Setelah berbincang bincang beberapa saat. Jamal kembali duduk sementara mas Amir menghampiriku dan menggamit lenganku untuk masuk ke dalam.

"Ton.. elo mau kagak bantuin gue ?"

"Bantuin apa mas ?"

"Anak buah gue kan pada pergi semua nih.. elo temenin tuh mas Jamal ya.."

"Loh.. saya kan gak kerja disini mas ?"

"Kagak apa apa.. Jamal sendiri yang minta kok.. "

"Tugas saya nanti apa aja mas ?"

"Elo bisa mijit kagak.. ?"

"Saya.. kagak gitu bisa mijit mas.. "

"Ah.. udahlah.. elo temenin aja dia.. entar elo turutin aja dia maunya apa.."

"Tapi nanti Syarif.."

"Udah.. itu urusan kecil.. "


Usai berkata begitu, mas Amir langsung menggamit lenganku keluar dan menyorongkanku kepada Jamal. Aku mulai berdebar debar, apa yang akan terjadi padaku nanti.

Jamal lalu mengajakku keluar dan kami lalu berjalan menyusuri kampung itu sampai di jalan raya dimana Jamal memarkir mobilnya dan menyuruhku masuk ke dalam jeepnya. Dia lalu melarikan mobilnya. Untung Jamal orangnya ramah. Dia mengajakku mengobrol santai, kadang juga kita bercanda. Dia juga menceritakan tentang dirinya sendiri. Dia berusia 28 tahun tapi dia tidak bercerita banyak tentang pekerjaannya kecuali bahwa dia sedang cuti dan ingin refreshing.

Aku mulai bingung saat Jamal melarikan mobilnya ke arah luar kota.

"Kita mau kemana ini mas ?"

"Gue lagi pengen ke pantai nih.. dan tolong jangan panggil gue mas dong.. "

"Tapi saya belum bilang orang rumah, nanti mereka mencari.."

"Nih ada telpon, elo telpon sekarang.. bilang elo diajak temen nginap" dia melemparkan handphonenya ke arahku.

Walau agak ragu, tapi akhirnya aku menelpon juga ke rumah dan memberi kabar aku akan menginap di rumah temanku supaya tidak terlalu banyak ditanya.

Hari sudah malam saat kami sampai di sebuah pantai yang cukup sepi. Jamal lalu memarkir jeepnya di sebuah rumah dan dia turun meminta kunci ke sebuah rumah. Lalu dia mengajakku masuk ke sebuah rumah kecil di pinggir pantai.

"Kenapa Ton, kamu tegang ya ? Jangan khawatir lah.. gue cuman butuh ditemenin aja kok"

Jamal lalu merangkul pundakku dan mengajakku masuk ke dalam rumah.

Rumah itu berupa kamar berukuran sekitar 3 X 4 meter plus sebuah kamar mandi. Di tengah tengah terdapat sebuah kasur pegas. Jamal lalu membuka jendela kamar dan membiarkan angin pantai bertiup masuk ke dalam kamar.

"Ah... segar sekarang.. Nah.. Ton, anggap rumah elo sendiri deh"

Jamal lalu melepas sepatunya kemudian berdiri dan meloloskan kaos hijau ketatnya. Aku yang sedang duduk di ranjang amat terkagum kagum melihat dadanya yang begitu kekar perkasa. Puting susunya begitu hitam dan tegang. Dia tersenyum melihatku melihatnya seperti itu.

"Kenapa Ton, elo suka liat tetek gue ?"

"Eh.. i.. iya.. tetek elo bagus "

"Tubuh elo juga lumayan bagus kok.. cuman butuh latihan rutin aja"

Dengan cuek Jamal lalu melorot celana panjangnya sehingga dia hanya mengenakan kolor yang alamak seksi sekali. Mana kontolnya kulihat begitu jelas membayang di balik kolornya yang tipis dan minim itu.

Diam diam aku merasakan bahwa kontolku juga tegang melihat dia hampir telanjang seperti itu. Baru kali ini memang aku melihat langsung di depan mataku tubuh lelaki yang hampir polos. Jamal lalu tersenyum dan menyuruhku untuk melepas pakaianku.

"Ayo Ton, lepas pakaian elo.. terus pijitin gue.. tubuh gue capek semua nih"

Dia lalu menelungkupkan diri ke ranjang. Alamak.. kolor dia hanya berupa tali di bagian belakangnya sehingga pantatnya yang bulat kencang itu terlihat dengan jelas. Aku semakin gemetaran menahan nafsuku dan juga menahan rasa sesak di celanaku akibat kontolku yang semakin ngaceng.

Aku lalu melepas bajuku dan mengambil body lotion yang disiapkan oleh Jamal. Kemudian aku menduduki pahanya dan mulai mengoleskan body lotion ke punggungnya.

Saat aku mulai memijit tubuhnya yang kencang itu, Jamal sesekali mengerang nikmat. Setelah beberapa lama, dia memintaku untuk memijit kaki dan pahanya. Dia mengangkangkan kakinya sedikit sehingga terlihat lubang pantatnyayang dipenuhi oleh bulu bulu lebat berwarna hitam itu.

Tiba tiba Jamal berbalik sehingga kini dia terlentang dan memintaku memijit dadanya. Saat aku hendak duduk di sebelah tubuhnya, Jamal melarangku dan memintaku duduk diatas pahanya, sehingga saat aku membungkuk memijit ...
..dadanya, bagian kontolku bersentuhan dengan kontolnya yang masih terbungkus celana dalam minim itu. Kurasakan kontol dia juga mulai ngaceng.



Jamal mengangkat tangannya sehingga bulu bulu ketiaknya terlihat dan membuatku semakin terangsang. Dia mengerang penuh kenikmatan saat tanganku memijit dadanya dan memintaku untuk memainkan jariku di puting susunya.

"Sekarang.. lepas kolor gue" perintahnya

Antara ragu dan ingin tahu, kulepas juga perlahan lahan kolornya sehingga kontolnya yang sudah ngaceng penuh itu tersembul keluar. Gila.. kontol dia cukup besar dan panjang. Hitam dan dikelilingi oleh bulu bulu jembut yang keriting dan lebat.

"Ya.. sekarang pijitin tuh kontol gue.." suruhnya lagi

Tanpa diulang dua kali aku lalu meraih kontolnya dan memainkannya.

"Bukan dengan tangan.. dengan lidah elo"

Bagai kerbau dicucuk hidung, aku mendekatkan kepalaku ke kontolnya dan kujulurkan lidahku untuk menjilati kontolnya bagaikan es krim.

"Oh ya.. euhhh... enak... bagus.. pintar elo Ton"

Aku semakin bernafsu menjilati kontolnya yang super ngaceng itu dan kumainkan tanganku di pelernya.

"Masukin ke mulut elo Ton.. masukin semuanya..."

Lagi lagi aku menuruti kata katanya untuk memasukkan kontolnya ke mulutku, mulai dari ujung sampai ke pangkalnya.

"Ooooooooooohhhh... yeaaaaaaaaaaaahhhh..... terusssssss... jangan berhenti Tooonnnn"

Puas kujilati dan kukulum kontolnya, Jamal lalu bangkit dan melepas kolornya. Dia lalu menyuruhku melepas celana jeans dan kolorku. Setelah aku telanjang bulat, dia menyuruhku berdiri di depannya dan kini dia yang menjilati kontolku. Nikmatnya benar benar tak terhingga. Aku sampai merasa terbang di awang awang. Bahkan tak lama kemudian aku tak tahan lagi atas rasa geli dan nikmat yang tak terkira.


"Oooohh.. Mal... gue gak tahan.... oooooohh..... ehhhh... yeaaaaa...

AAHHHHHHHHHHH"

Kusemprotkan air maniku yang sudah tak tertahankan itu mengenai mulut, muka dan rambutnya. Aku kemudian terkapar lemas di ranjang. Benar benar suatu kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Jamal lalu memelukku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Mulutnya tiba tiba menempel di mulutku. Aku membalas ciumannya dengan bernafsu. Ohhh... nikmat sekali rasanya, sementara tangannya meremas remas tetekku.

"Gimana Ton, elo suka kan ?"

"Suka sekali Mal... nikmat..."

"Itu belum seberapa sayang... gue akan kasih elo sesuatu yang lebih enak"

"Apa itu Mal ?"

"Gue pengen ngentotin elo Ton, elo mau kan gue entot ?"

Tanpa menunggu jawabanku, Jamal lalu menggamit kakiku dan membentangkannya lebar lebar sambil diangkat. Diganjalnya pinggulku dengan bantal dan dia mengambil lotion yang masih tersisa lalu dioleskannya ke lubang anusku. Jarinya lalu dimasukkan ke silitku, pertama tama satu jari, dua jari dan entah sampai berapa jari yang dia masukkan yang jelas aku merasa aneh tapi nikmat menjalari sekujur tubuhku.

Jamal kemudian berlutut di antara kedua kakiku yang tetap terangkat. Disandarkannya kakiku ke dadaku sementara dia memainkan kontolnya dan mengarahkannya ke lubang silitku. Kurasakan kepala kontolnya menempel di lubang silitku. Dia lalu membungkuk dan mencium bibirku, saat itu juga kurasakan kontolnya memasuki silitku. Rasanya benar benar gila. Aku ingin menjerit karena merasakan silitku seperti terbakar tapi yang keluar dari mulutku hanyalah rintihan kecil. Rontaanku juga tak berarti karena tubuhnya begitu berat menindih tubuhku.

Akhirnya aku hanya bisa pasrah membiarkan rasa panas itu. Rupanya kontolnya telah masuk semua sampai ke pangkalnya ke dalam silitku karena kurasakan bulu bulu jembutnya menempel di pantatku. Saat itu dia berhenti sejenak dan kurasakan rasa panas dan perih itu hilang seketika berganti dengan suatu rasa aneh dan nikmat yang menjalari tubuhku. Apalagi saat setelah itu Jamal mulai menggerak gerakkan kontolnya maju mundur di dalam silitku. Aku merasa suatu kenikmatan yang paling hebat. Aku merintih dan mengerang saat dia menghentakkan kontolnya keras keras ke dasar silitku.

Entah berapa lama Jamal menyanggamaiku seperti itu, yang jelas dia kemudian kembali menegakkan tubuhnya sambil tetap mengentot silitku.

"Ohhh... ahhh.. enak kan Ton.. eeehh... ?"

"Eeeeeeeeeehh... i... yaaaaa..... euuhhhhhhhhhhhhhhhh... aahhhhhhhhh"

Hentakan kontol Jamal makin lama makin cepat sampai akhirnya.

"OOhhhhhhhhhh... Toooonnnnnn..... gue keluar........................" teriaknya

Setelah itu Jamal menghentakkan kontolnya beberapa kali sampai akhirnya dia berhenti total dan ambruk di ...
..atas tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari dalam silitku. Kurasakan ada cairan yang meleleh keluar dari sela sela kontolnya dan silitku.

Jamal lalu mencium bibirku dengan mesra.

"Thanks Ton, gue suka elo"

"Sama sama Mal.. gue juga suka sama elo"

Setelah beristirahat beberapa jam, Jamal mengajakku keluar ke pantai yang masih gelap itu dengan telanjang bulat. Kami kemudian mandi di pantai dan saat duduk di pasir, kembali Jamal menciumi bibirku dengan bernafsu. Lagi lagi dia ngentotin aku di atas pasir pantai.

Sampai sekarang Jamal masih sering mengajakku untuk menemaninya. Tapi dia tidak lagi menjemputku di tempat temanku Syarif bekerja, melainkan langsung ke rumahku. Ya, kami sudah menjadi sepasang kekasih. Aku harus mengucapkan terimakasih pada Syarif yang telah mengenalkanku kepada Jamal kekasihku. Kadang kami juga mengundang Syarif untuk ikut join dalam permainan kami.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar